MENGURUS SERTIFIKAT RUMAH DI DEPOK


Yeah capslock jebol, dey? Hihi, iyaa. Capslock jebol menandakan perjuangan melelahkan dalam mengurus sertifikat rumah. Fyi, ini lagi ngomongin sertifikat rumah saya. Eh, koreksi deh, rumah ibu saya. Secara saya dan suami kan masih menumpang di rumah ibu saya. Heuuuuuuuu *baper deh baper* Lol ;P

Jadi ceritanya, rumah Cikumpa nomor 86 ini udah dibeli sama ibu saya tahun 2006 lalu. Gilak udah 10 tahun kan, tapi sertifikatnya belum pecah dari pemilik tanah sebelumnya. Nah, selama ini ibu saya hanya memiliki AJB alias Akta Jual Beli.

Nah, awal mula ide menyelesaikan sertifikat rumah ini karena..hmmm..karena itu sih. Karena pemilik tanah ada itikad ngga baik gitu lah. Maap yak pa haji. Tapi emang bener kan. Hahaha. Sempet menjual 2x tanah yang udah dibeli ibu saya. Terus kemarin memagari tanah pinggir rumah saya yang jelas-jelas udah dibeli sama ibu saya.

Huks. Atuhlah jangan gitu pak. Walaupun ibu saya lemah lembut, baik hati, suka membantu, tapi ya bukan berarti bisa ditindas. Hik hiks. Mulai lah saya dan suami mulai gusar. Saya kepikiran untuk menyelesaikan urusan ini sebelum pa haji pemilik atau ibu saya keburu meninggal. Bakalan panjang dan ribet kalau salah satu dari mereka meninggal sementara sertifikat rumah ini belum ada.

Berbekal keyakinan, ketangguhan seperti biasa *pret*, niat, dukungan ortu *mulai too much*, saya dan suami cari-cari info pembuatan sertifikat dari AJB. Oiya, satu tambahan masalah, ibu saya beli tanah ke samping 10 meter dan kebelakang 10 meter hanya DENGAN KUITANSI. BAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Tanpa akta, tanpa notaris, hanya kuitansi. Duh, gigit juga nih. Hahaha. Maapkan anakmu ini mah ,tapi dirimu terlalu polos seperti aku deh. Hahahahaha.. Akhirnya saya jalan ke notaris, sendirian, yaiyalah sama siapa lagi cobak? Sama siapa lagi,,Rangga? Jawab!! xD

Menurut si asisten notaris, saya diminta mencari landasan hukum si penjual tanah 10 meter ke belakang dan ke samping (which is mereka 2 orang yg berbeda). Apakah ada girik, sertifikat, Ajb ATAU MALAH NGGA ADA TIGA-TIGANYA. Hahahahahaha

Dan ngga ada dong, ngga ada tiga-tiganya. Astagah, selama ini penghuni cikumpa 86 dilimpai hidayah ketenangan dari Allah yah. Padahal hidup dengan tanah tanpa landasan hukum dan tetep happy menikmati hidayah Allah. Sadessss

Yaudah, menurut si asisten notaris, saya harus ke kantor kecamatan untuk membuat “Surat Penggunaan Tanah” sebanyak 6 lembar untuk nanti ditandatangani oleh penjual tanah yang dulu menjual 10 meter tanah belakang. Nanti kalau udah ada itu surat, saya diminta balik lagi ke kantor notaris.

Anw, itu kenapa asisten Notaris yang menjelaskan segalanya kerena si Notaris terlambat dateng jadi dia lebih mendahulukan yang bikin janji lebih dulu setengah jam daripada saya. Kenapa sihh semua jahat sama saya, Rangga?Kenapppppah Ranggaaaa *rangga stands for racun serangga* *nangis di kali cikumpa*
LOL ;PP

Dengan berbekal keberanian, kebulatan tekad, saya pun menuju kecamatan untuk membuat surat apalah itu tadi yak. Terus kata orang kecamatan, coba tanya ke kelurahan aja, saya ngga pernah tuh buat surat begituan.

Kata orang kelurahan, hah?pak Mul orang kecamatan aja bilang ngga pernah tau surat begituan apa lagi saya mba. Lah lah, serasa mo bikin surat yang SARA deh ini. Atau yang bawa-bawa PKI. Kok semua orang kaga tau sih. Hahahahaha

Akhirnya saya disuruh dateng langsung ke BPN alias Badan Pertanahan Nasional di GDC sono noh yang dulunya Kota Kembang. Bersama ksatria, kami pun capcus ke kantor BPN. Saya pun menjelaskan dengan berbusa, eh itu ibu-ibu nyuruh saya balik ke kelurahan.

HEH, BIG NO. ENAK AJE LO BU. CAPEK BU DIPIMBONG KAYA GINI. HARUS BERAPA PURNAMA BU SAYA HARUS DALAM KETIADAAN PETUNJUK INI?? BILANG BU!!

Hahaha. Akhirnya saya disuruh ke Pak Mahdiar masih di kantor BPN, dan saya jelasin lagi dari awal. Sambil ngos-ngosan karena capek alhamdulillah si Pak Mahdiar ngerti dan nyuruh saya beli formulir. 

Formulir apa, Pak? Saya udah capek dengan formulir-formulir, hahahahasyemm.

Formulir Pengukuran Tanah dan Formulir Penetapan Tanah.
Itu 2 formulir yang disuruh Pak Mahdiar untuk diisi dan nanti dimintakan ttd Pak Lurah. Duhai Pak Lurah, yang kemarin ketemu di rumah Mba Ida, masihkan ingat denganku,Pak?*jeng jeng*

Yaudahlah.

Mari kita kerjakan aja ini satu per satu tahapan pembuatan sertifikat rumah ini. Pada akhirnya, mantra yang selalu saya ulangi, (kalau boleh mah saya bikinin tato di badan saya) adalah :

“No one, no one can destroy my ability to survive. NO ONE”

DATANGLAH SINI KAMUUH PRINTILAN SYARAT SYARAT FORMULIR SERTIFIKAT RUMAH!!!

LOL ;ppp


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "MENGURUS SERTIFIKAT RUMAH DI DEPOK"

Comment